Sabtu, 07 September 2013

HARAPAN DAN KEMAUAN


Harpan dan kemauan, yapp kedua kata itu saling terhubung, hal itu aku dapatkan ketika aku bersama teman-temanku melakukan pendakian di gunung merbabu dan itu merupakan kali pertama aku melakukan pendakian. Sebenarnya saya dan teman kos saya sudah lama sekali merencanakan pendakian ini namun baru kemarin tanggal 27 agustus 2013 kemarin semuanya terlaksana yapp ini semua berkat rahmat Allah SWT yang telah memberi kesempatan pada kami, dan berkat mantan kakak kos yang sudah kami anggap keluarga yaitu mas fikry dan mas alfa yang membantu kami dalam persiapan mental maupun materi hehe maklum mereka mempunyai rental perlengkapan outdor .
Singkat saja kami dari awal belum ada persiapan mengenai informasi tentang gunung merbabu yap yap bahkan rutenya pun kami belum tau dan alhasil kita terdampar di desa nagrong, disitulah kami memulai pendakian, sekitar pukul stengah lima sore, dengan sayup-sayup angin dan suara ranting pohon di kaki bukit itu kami berdoa dan melangkah keatas, baru sebentar kami jalan sekitar setengah jam saya sudah merasa capek dan nyeri di sekitar kaki, maklum berat badanku mendekati obesitas, dan kami terpaksa istirahat. Begitupun seterusnya setiap setengah jam saya pasti minta berhenti namun teman-teman dan mas-mas tetap sabar dan mau menungguku.

Setelah kira-kira satujam pendakian kami sampai di pos satu dan kami dengan tenang melanjutkan perjalanan dan waw kita tersesat setelah kami berunding dan terpaksa kita kembali ke pos satu dan mencari jalan yang benar, maklum ternyata jalur yang kita lalui itu jalur ekstrim dan jarang dilalui sementara alang-alang setinggi dada berbaris di pepan untuk mengacaukan pandangan kita, dan akhirnya kami sampe ke pos dua dan istirahat yap waktu itu jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam dan jalan mulai gelap. Setelah beristirahat limabelas menit kami melanjudkan perjalanan ke pos tiga dengan lelah dan berjalan di kegelapan.

Kemudian setelah sampai di pos tiga kami menemui sumber air yang dibuat warga, kami mengambil sedikit air dan melanjudkan perjalanan nah kira-kira setelah setengah jam lebih kami melanjudkan perjalanan ternyata kami semua sadar jika kami tersesat di jurang, waw jurangh itupun hanya pisa dilewati setapak dan saat kami menggunakan senter untuk melihat dasar itu sia-sia karna dasarnya tak terjangkau oleh senter dan mata kita yang penuh kelemahan ini. Kami memutuskan kembali ke pos tiga dan mendirikan tenda disana.

Kami bersama mendirikan tenda dan membuat api karena malam itu suhu sangat dingin, kami memasak mie instan dan makan bareng-bareng, ketika pukul sepuluh kami masuk tenda dan tidur berdempetan agar suhu tetap stabil, namun salah satu teman kami yaitu dadang membuat geger sekitar jam dua malam dia bangun dan bicara “mas ada macan mas” waw kami kaget serentak kemudian mas fikry mencoba menenangkan kami dia bilang “sudah dek biarin saja” setelah pagi hari kami sholad subuh dengan gemetar menahan dingin. si danang cerita kalau dia di senggol dan mendengar dengusan dari macan itu yap kami sarapan dan sekitar pukul setengah delapan kami melanjudkan perjalanan namun sayang mas alfa cidera otot kaki sehingga harus tinggal di dalam tenda dan tidak dapat melanjudkan ke puncak.

Perjalanan kami ke puncak cukup ekstrim kami juga merasakan haus karena hanya membawa bekal air dua botol dan gula merah, kami melewati jurang dan setelah melewati pos 4 kami di suguhi jalur yang sangat sulit dengan kemiringan hampir 90 derajat dan jalan yang sudah ketutup rumput kami mencoba merangkak naik naik dan terus naik dan akhirnya kami sampai di puncak merbabu dengan disuguhi pemandangan puncak lawu dan puncak merapi dan juga hamparan awan putih yang lar biasa . yap aku hanya dapat bilang SUBHANALLAH Allah maha besar dengan segala ciptaanNya dan segala kemurahanNya.

Diatas saya tidak menyangka kalau aku SANGGUP sampai ke puncak ini, aku belajar semuanya, apa yang kita inginkan apa yang kita impikan haruslah kita perjuangkan dengan sekuat tenaga walau kita ragu diawal walau harus melewati jurang bukit dan mungkin kita juga tersesat namun keyakinan kita untuk sampai di puncak harus lebih besar dari pada semua alasan untuk kita mundur.

Artikel Terkait